Breaking News:

latest

Ads Place

Mengenal Istilah 'Mangalua' dan Alasan Naposo Batak Akhirnya 'Mangalua'

Foto : thebridedept.com BATAKTIVE.COM, ADAT BATAK -  Kata 'mangalua' (kawin lari) dalam adat dan budaya Batak  bukanlah hal ya...

Foto : thebridedept.com
BATAKTIVE.COM, ADAT BATAK - Kata 'mangalua' (kawin lari) dalam adat dan budaya Batak  bukanlah hal yang baru. Kata itu bisa jadi sudah ada dan telah terjadi  seumur dengan budaya Batak itu sendiri. ‘Mangalua’ atau kawin lari bisa diartikan suatu tindakan nekat pasangan naposo Batak untuk menikah di luar adat karena tidak mendapat restu dari dan atau sepihak orangtua (ndang ditolopi natorasna).

Mangalua sebenarnya tidak dianjurkan oleh kedua pihak  orangtua jika masih ada ruang untuk berdiskusi kedua pihak lebih panjang  lagi. Sebab terjadinya ‘mangalua’  biasanya (somalna) lebih banyak diakibatkan oleh biaya perkawinan (sinamot, biaya pesta, dll), dimana tidak didapatkan jalan keluar sebagai solusi dari kedua pihak.

Maka jika naposo Batak melakukan mangalua, akan muncul beberapa dugaan dan tuduhan negatif dari masyarakat sekitar. Bukan kepada naposo itu sendiri, tetapi juga kepada orangtuanya.

Nah, berikut ini 7 alasan mengapa mangalua harus terjadi dalam adat Batak:

1. Sinamot.
Mangalua biasanya terjadi karena jumlah sinamot dan bentuk pelaksanaan adat yang akan diadakan kedua pihak tidak mendapat kata sepakat.

2. Meringkas Adat
Mangalua bisa  dijadikan suatu tindakan paranak agar memotong tata cara prosesi adat  yang mengikutinya sebelum mengadakan adat perkawinan agar lebih ringkas,  sekaligus memperkuat daya tawar pihak paranak kepada parboru atas sinamot dan yang lain dalam adat perkawinan anaknya.

Maka bila wanita/sang gadis telah di bawah ke tempat paranak/pria maka pihak parboru lebih mudah “disomba dan dielek” membujuk pihak perempuan mengenai besarnya sinamot dan keperluan adat perkawinan lainnya.

3. Pembicaraan Mentok.
Mangalua bisa terjadi karena segala cara telah dilakukan dalam pembicaraan adat perkawinan, tetapi tidak mendapatkan hasil apapun, maka tindakan mangalua dilakukan pasangan naposo tersebut untuk melaksanakan perkawinan mereka.

Apa 4 alasan lainnya?

4. Tidak Direstui Orangtua.
Mangalua biasanya terpaksa dilakukan karena pasangan pria/wanita ini sejak berpacaran “marhamlet/mardongan” sudah tidak direstui kedua pihak orangtua. Dan sudah mereka duga bahwa jika pun diberitahukan kepada kdua pihak orangtua, maka kedua pihak pasti tidak merestuinya.

5.  Anjuran Orangtua.
Mangalua bisa atas seizin atau bahkan dianjurkan oleh kedua pihak orangtua paranak dan parboru karena faktor ekonomi kedua pihak yang sangat tidak memungkinkan melaksanakan adat perkawinan. Harapannya, segera tumbuh ekonomi pasangan tersebut agar segera melaksankan adat. “Anggiat humatop martumbur tolong, boi somba on jala suruhon nasida tohang ni bagas ni parboru” atau “ manggarar adat”.

6. Aib Sebelum Nikah.
Mangalua bisa dilakukan karena kedua pasangan naposo tadi telah melakukan hal yang belum pantas di luar nikah dan telah diketahui umum sehingga dianggap telah mempermalukan kedua pihak, terlebih wanita. Apalagi wanita telah diketahui umum hamil “nungnga mamuro pamoro ala naung teal buriran ni si boru”.

7. Alasan Tidak Jelas.
Mangalua ini yang tak jelas ujung pangkalnya. Mangalua pasangan naposo Batak, tanpa alasan apapun, tidak pernah bergaul “mardongan”, tidak diketahui salah satu kerabat baik oleh pihak wanita maupun pria dan tidak tahu kemana mangalua dan kemudian tinggal dimana.

Atau karena incest (pantang, atau suhar dalam partuturon). Wah, kalau begini jelas tindakan amoral, jalang dan tak beriman. “Ulaon ni si jambe jalang, na so maradat na so maruhum, jala na so marTuhan”. Kalau ini, jangan pulalah pernah kalian lakukan.

Nah, sekarang lae dan ito naposo batak sudah semakin paham apa sesungguhnya mangalua dalam adat Batak. Lalu, apakah masih kalian mau mangalua?

Sumber : batakgaul.com

1 comment

  1. Jadi kalau biaya kurang orang Batak tidak bisa menikah?

    ReplyDelete

Harap memberikan komentar yang mendukung kemajuan blog ini.
Terimakasih!!!

Iklan